Friday, 21 August 2015

Hakikat dan Makna Sejarah

A. Makna Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sangat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju. Itulah sebabnya, sejarah diumpamakan menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang dari akar sampai ranting yang terkecil.
Sedangkan menurut Edward Hallett Carr adalah sebagai berikut: Dengan fakta-fakta yang ada padanya; suatu dialog yang tidak henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam. History is a continuous process of interaction between the historian and his facts, and unending dialogue between the present and the past (Carr,1982 : 30).
Sedangkan menurut Robert V. Daniels (1966 : 3) dengan singkat dikatakan bahwa : History is the memory of human group experience. Sejarah adalah kenangan pegalaman umat manusia.
J. Bank menyatakan bahwa: All past event is history (history as actuality). History can hep student to understand human behavior in the past, present and future. (new goals for historical studied). (1985 : 249). Semua peristiwa masa yang lampau adalah sejarah (Sejarah sebagai kenyataan!). Sejarah dapat membantu manusia untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang (tujuan-tujuan baru untuk studi sejarah).
Selanjutnya dapat ditelaah rumusan sejarah menurut Muhammad Yamin yang berbunyi sebagai berikut: “Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan ceritera bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau, atau tanda-tanda yang lain. ”(Yamin, 1957:4 ).
Jadi secara khusus kelompok kami mengambil kesimpulan yaitu sejarah merupakan cerita atau kejadian atau peristiwa yang benar-benar sudah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu, yang telah diteliti oleh penulis sejarah dari masa ke masa.



B. Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Telah diuraikan di atas, bahwa ilmu sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Maka dalam pembahasannya, ilmu sejarah mencakup beragam peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pembahasan sejarah berawal dari adanya kehidupan manusia hingga dewasa ini.
1. Sejarah sebagai Peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sejak masa lampau menjadi materi yang sangat penting dalam pembahasan Ilmu Sejarah. Bahkan melalui peristiwa-peristiwa itu, Ilmu Sejarah menunjukkan suatu gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau dan sebab-akibat terjadinya suatu peristiwa. Namun, setiap peristiwa atau keadian-kejadian di dalam lingkungan kehidupan manusia belum tentu akan tercatat dalam catatan sejarah. Tanpa memandang besar kecilnya dari peristiwa itu, maka Ilmu Sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak masa lampau agar menjadi suatu pelajaran bagi manusia di masa kini dan masa datang.
Para ahli sejarah atau sejarawan tidak begitu saja mencatat rangkaian peristiwa-perisiwa yang telah terjadi di masa lampau itu, tetapi juga mencoba menelusuri awal mula munculnya suatu peristiwa atau mencari sebab-sebab munculnya peristiwa itu. Dengan demikian mereka berusaha mengembangkan pembahasan peristiwa itu sampai kepada sektor kehidupan manusia yang mendorong terjadinya peristiwa itu.
2. Sejarah sebagai Kisah
Apabila kita berbicara tentang sejarah sebagai suatu kisah, kita tidak pernah lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi di masa lampau. Alasannya, peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang telah terjadi di masa lampau itu meninggalkan jejak-jejak. Jejak-jejak sejarah ini memiliki arti yang sangat penting dalam menyusun kisah sejarah.
Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah. Suatu masyarakat, bangsa, dan negara dipastikan meninggalkan jejak-jejak sejarah yang tidak sedikit. Jejak-jejak sejarah yang berisi rangkaian-rangkaian peristiwa atau kejadian-kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting untuk penulisan kisah sejarah.
Penulisan sejarah mengenai suatu peristiwa atau kejadian tidak dapat hanya melihat bahwa suatu peristiwa atau kejadian telah terjadi. Tetapi hendaknya melihat lebih jauh lagi, yaitu faktor-faktor yang mendukung hingga munculnya peristiwa tersebut.
3. Sejarah sebagai Ilmu
Pada permulaan abad ke-20-an, telah terjadi suatu perdebatan tentang pandangan terhadap sejarah. Perdebatan itu antara lain mengenai apakah sejarah itu merupakan cabang dari ilmu pengetahuan atau merupakan suatu seni. Perdebatan ini yang melibatkan ahli filsafat dan ahli sejarah terjadi pertama kali di Jerman.
Berikut ini adalah para ilmuwan yang berpendapat mengenai sejarah. Menurut Burry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih. York Powell menyatakan bahwa sejarah bukanlah sekadar suatu cerita yang indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan.
Sejarah sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan hendaklah dibahas dan dibuktikan secara keilmuan atau alamiah. Untuk membuktikan keilmiahannya itu, maka dipergunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ilmiah, para ahli atau sejarawan akan lebih berhati-hati dalam mengungkapkan kebenaran sejarah.
Sebagai ilustrasi, penemuan fosil manusia purba di Indonesia. Untuk mengungkapkan keberadaan manusia purba melalui hasil penemuan fosil-fosil tersebut, para ahli mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode atau standar ilmiah. Para ahli belum dapat membuat suatu kesimpulan apabila hanya menyelidiki manusia purba yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, mereka berusaha meluaskan daerah penelitiannya ke sekitar lokasi penelitian atau mencari jejak yang lebih jauh agar mendapatkan temuan-temuan yang lebih lengkap.
4. Sejarah sebagai Seni
Menurut Mills, Spencer, dan Comte, metode ilmu alam dapat digunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa modifikasi lebih lanjut. Tetapi Dithley, seorang sejarawan dan filosof modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah salah besar. Sifat-sifat alami dari bahan-bahan pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata terlihat, sehingga dengan mudah dapat menganalisa, menerangkan, dan menduganya. Namun sejarah adalah pengetahuan tentang rasa. Sejarah memerlukan pemahaman dan pendalaman akan bahan-bahan yang dihadapinya. Sejarah tidak saja memelajari segala sesuatu gerakan dan perubahan yang tampak di permukaan, tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan itu bagi pelaku sejarah. Lebih lanjut, sejarah mempelajari suatu proses dinamis dari kehidupan manusia yang di dalamnya terlihat hubungan sebab akibat ( causal ) yang cukup rumit.

C. Kegunaan Sejarah
Kegunaan Ilmu Sejarah adalah sebagai ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora) dalam pendidikan tidak saja mempunyai arti besar bagi perkembangan identitas pribadi para individu-individu, tetapi juga bagi kesadaran identitas suatu bangsa secara keseluruhan. Selanjutnya juga sebagai instrumen untuk membangkitkan identifikasi nasional dan kebangsaan kepada kebudayaan untuk menuju suatu intregasi nasional guna menjadi suatu bangsa yang satu, yang mempunyai cita-cita kemajuan, kebudayaan, dan kemanusiaan yang sama dalam menyongsong masa depan.
Manfaat mempelajari sejarah adalah:
1.Kegunaan Edukatif
Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari. Sementara itu, pengalaman yang baik justru harus ditiru dan dikembangkan. Dengan demikian, manusia dalam menjalani kehidupannya tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error), seperti yang dilakukan oleh binatang. Manusia harus berusaha menghindari kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
2.Kegunaan Inspiratif
Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan nasional yang dipelopori oleh berdirinya organisasi perjuangan yang modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional yang ke-2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, Bangsa Indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan , Bangsa Indonesia ingin melakukan kebangkitan nasional yang ke-2 , dengan bercita-cita mengejar ketertinggalan dari bangsa asing. Bangsa Indonesia tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju, bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Untuk itu, Bangsa Indonesia harus giat menguasai IPTEK karena melalui IPTEK yang dikuasai, Bangsa Indonesia berpeluang menjadi bangsa yang maju dan disegani, serta dapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.
3.Kegunaan Rekreatif
Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca.
Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan rekreatif.
Pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajinasi ke masa lampau. Disini peran sejarawan dapat menjadi pemandu (guide). Orang yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau dapat membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.
SUMBER:ayouk91.blogspot.com

 SEJARAH SEBAGAI SENI

 

  Hasil gambar untuk sejarah sebagai seni


Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah  George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda.
Sejarawan abad 19 bernama  Comte, Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat  dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.
Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti. Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.
Sumber : Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI  / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . —  Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

pengertian sejarah


SEJARAH SEBAGAI ILMU
Difinisi sejarah menurut tokoh-tokoh sejarah sebagai ilmu :
         Menurut Burry : sejarah adalah suatu
     ilmu pengetahuan tidak kurang tidak lebih.
         Menurut York Powel: sejarah bukanlah
     sekedar suatu cerita yang indah dan
     mengasyikkan,tetapi merupakan cabang
     ilmu pengetahuan.
         Menurut Dithley : sejarah merupakan cabang ilmu yang bersifat khusus.
         Menurut Kuntowijoyo : sejarah sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
    a.Sejarah berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dg
       pengalaman manusia.
    b.Sejarah mempunyai Obyek.
    c.Sejarah mempunyai teori pengalaman.
    d.Sejarah mempunyai generalisasi.
    e.Sejarah mempunyai metode.
         Sejarah dikatakan sebagai ilmu apabila memiliki syarat :
     a.memiliki obyek
     b.memiliki metode
     c.tersusun secara sistematis
     d.kebenarannya bersifat obyektif

Perbedaan sudut pandang para ahli mengartikan ilmu membawa konsekuensi timbulnya berbagai pendapat tentang perbedaaan mengenai hakikat ilmu. Mengutip pernyataan Jujun S. Suriasumantri, Secara kefilsafatan hakikat ilmu terutama diarahkan pada unsur-unsur yang harus ada pada setiap ilmu didalam menjawab tiga masalah pokok hakikat manusia untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
  • Apa yg ingin kita ketahui? (aspek ontologi)
  • Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan? (aspek epistemologi)
  • Dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? (aspek aksiologi)
       Secara ontologi ilmu sejarah juga memiliki objek. Menurut Kuntowijoyo, lebih dari segalanya objek dari sejarah ialah waktu. Kalau fisika membicarakan waktu fisik, maka sejarah membicarakan waktu manusia. Waktu dalam sejarah tak pernah, lepas dari manusia.
      Secara epistemologi, ilmu sejarah juga memiliki metode dan teori. Untuk penelitian sejarah memiliki metode tersendiri yang menggunakan pengamatan. Metode sejarah itu bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta. Seperti yang dianjurkan oleh Ranke, supaya sejarah menulis apa yang sebenarnya terjadi, wie es eisgentlich gewesen, sebab setiap periode sejarah itu akan dipengaruhi oleh semangat zamannya (zeitgeist). Sejarah mempunyai tradisi yang panjang, jauh lebih panjang daripada ilmu-ilmu sosial. Teori sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban.
       Secara aksiologi, Ilmu sejarah memiliki sebuah nilai-nilai atau suatu guna didalamnya, baik secara intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Kuntowijoyo, ada setidaknya empat guna sejarah secara intrinsik, yaitu Sejarah sebagai ilmu itu sendiri, Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan sejarah sebagai profesi. Kemudian nilai  ekstrinsik, ilmu sejarah secara umum mempunyai fungsi pendidikan, yaitu pendidikan moral, penlaran, politik, kebijakan, perubahan, masad depan, keindahan dan ilmu bantu. Adapun kegunaan sejarah dalam ilmu-ilmu sosial mencakup tiga hal yakni, sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis.
       Dengan kata lain, bahwa ketiga aspek tersebut merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Ilmu sejarah mampu menjawab ketiga aspek tersebut dengan begitu ilmu sejarah telah pantas jika dikatakan sebagai suatu ilmu dan telah mencapai taraf ilmu pengetahuan. Ketepatan dan objektivitas sangat perlu dalam penulisan sejarah. Ketepatan itu adalah kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah. Objektivitas yaitu idak adanya pandangan yang individual. Kedua hal tersebut dapat dikesankan oleh penguasa sejarawan atas detail dan tulisan sejarah yang terasa teknis. Akan tetapi, kesan keberadaan dua hal tersebut akan hilang jika sejarah menjadi seni. Seni itu hasil imajinasi sedangkan sejarah berdasarkan fakta.
       Pemujaan yang berlebihan terhadap fakta memang amatlah perlu. Karena fakta bisa menjadi tumpuan para sejarawan. Sejarawan harus tahu fakta-fakta yang relevan dengan penelitiannya, tetapi tugas utama sejarahwan ialah rekontroksi. Sejarah yang teralalu dekat dengan seni dapat dianggap telah memalsukan fakta. Sejarah akan hilang ketepatan dan objektivitasnya sehingga akan sulit menentukan relasi-relasi tetap antara fakta-fakta historis.

Sejarah sebagai ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Empiris
Empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan peninggalan sejarah lainnya, kemudian diteliti oleh sejarawah untuk menemukan fakta.
b. Memiliki Objek
Kata Objek berasal dari Latin objectus artinya yang dihadapan, sasaran, tujuan. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan masyarakat yang menekankanpda sudut pandang waktu.
c. Memiliki Teori
Dalam bahasaYunani theoria berarti renungan. Sama seperti ilmu sosia lainnya, sejarah mempunyai teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah pokok suatu ilmu, seperti: teori sosiologi, teori nasionalisme, teori konflik sosial, dsb.
d. Memiliki Metode
Methodos (Bahasa Yunani) berarti cara. Dalam rangka penelitian, sejarah mempunyai metodologi penelitian sendiri yang menjadi patokan-patokan tradisi ilmiah yang senantiasa dihayati